Bagaimana cara reach52 mengatasi kesenjangan dalam layanan kesehatan dengan teknologi | Healthcare Asia Magazine
, Singapore
317 view s

Bagaimana cara reach52 mengatasi kesenjangan dalam layanan kesehatan dengan teknologi

Startup unik ini memiliki target untuk terhubung dengan 250 juta orang di seluruh dunia pada 2030.

Pada usia 70 tahun, Marisol* menemukan bahwa dia menderita diabetes melalui program skrining masyarakat. Karena tinggal di daerah pedesaan, tepatnya di desa Barangay, Pototan, Iloilo, Filipina, membuatnya sulit untuk menjangkau dan memeriksakan diri secara medis. Dia tidak punya keluarga untuk merawatnya dan biaya tinggi untuk melakukan tes, serta perjalanan panjang ke kota terdekat, menjadi alasan mengapa ia tidak pernah memeriksakan kesehatannya.

Pada bulan Oktober 2020, Marisol mendaftar di Padayon Program milik reach52, yang juga menyediakan layanan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan sekaligus melakukan skrining kesehatan masyarakat, sebagai kemitraan dengan Medtronic LABS. Dalam program tersebut, Marisol belajar cara mengelola kondisinya dengan benar dengan harga terjangkau, $20 untuk langganan selama 12 minggu. Dia juga bisa mendapatkan tes untuk hepatitis dan kondisi lainnya melalui reach52 yang bermitra dengan Johnson and Johnson, dan Gilead Sciences.

“Padayon model”, yang berarti ‘terus’ atau ‘melanjutkan’ dalam dialek lokal, menggabungkan pemantauan glukosa secara teratur, dukungan pasien dan pendidikan, obat-obatan yang terjangkau (melalui marketplace reach52) dan pembinaan praktis bersama-sama dalam satu layanan yang dapat diakses oleh penduduk. Marisol baru mengetahui bahwa dia menderita diabetes lewat layanan reach52 yang bermitra dengan sektor swasta, dan hanya mampu membayar dukungan ketika dia bergabung dengan Padayon; karena pemerintah tidak memiliki layanan ini, dan 70% dari pengeluaran kesehatan dibayarkan langsung. Ini adalah kenyataan bagi 52% dunia yang tidak memiliki akses terjangkau ke layanan kesehatan esensial.

Lewat pengalamannya selama bertahun-tahun dalam konsultasi kesehatan dan teknologi, Founder dan CEO, Edward Booty, terdorong untuk menjangkau komunitas yang jauh di negara-negara berkembang. Menghidupkan reach52 bukanlah hal yang mudah dan menjalankannya tahun lalu menjadi tantangan untuk tumbuh di tengah ujian yang ditimbulkan oleh pandemi. Ketika perusahaan menjangkau lebih banyak individu untuk mempromosikan layanan kesehatan, mereka juga bertujuan untuk terhubung dengan lebih banyak mitra swasta, publik, dan nirlaba untuk meningkatkan layanan yang mereka tawarkan.

Berbicara dengan Healtchcare Asia, Booty mengatakan bahwa layanan mereka dimungkinkan dengan bantuan teknologi. Menggunakan aplikasi offline yang tidak memerlukan internet, reach52 melatih agen dan pegawai pemerintah di lebih banyak daerah pedesaan dan non-perkotaan untuk mengumpulkan informasi tentang jenis kebutuhan apa yang harus diperhatikan di komunitas mitra mereka.

Dari data yang dikumpulkan, reach52 menyelenggarakan kegiatan dan mengadakan acara yang akan memenuhi kebutuhan masyarakat tertentu, seperti skrining, acara kesehatan masyarakat, dan akses ke dokter. Disampaikan dalam komunitas itu sendiri, bahwa hal tersebut dikoordinasikan oleh jaringan agen.

Nama “reach52” berasal dari statistik World Bank and World Health Organization pada 2018 yang menunjukkan bahwa 52% dunia tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan esensial. Dengan pengalaman bertahun-tahun di India dan pengalaman dalam konsultasi kesehatan digital di Inggris, Booty memulai reach52 lima tahun lalu di Singapura untuk menjembatani kesenjangan ini.

Didanai terutama oleh sektor swasta dan bermitra dengan perusahaan farmasi, reach52 mengatakan dapat menyediakan obat-obatan, asuransi, dan produk kesehatan konsumen dengan biaya lebih rendah - di samping layanan kesehatan primer.

Beberapa contoh adalah yang mereka tawarkan dengan harga 80% di bawah harga pasar, obat hepatitis seharga $5 bukannya $30, dan pemeriksaan kesehatan maternal seharga $9 yang biasanya berharga sekitar $20. Selain itu, perjalanan bisa memakan waktu sekitar tiga sampai lima jam berkendara ke rumah sakit kota, sehingga layanannya lebih nyaman, terjangkau, serta menghemat waktu dan biaya perjalanan.

“Kami mengumpulkan data dan meminta orang-orang ini di masyarakat mengoordinasikan layanan kesehatan, kemudian sektor swasta akan memberikan modal sementara pemerintah menyediakan sumber daya manusia. Obat-obatan berkualitas tinggi dan produk serta layanan kesehatan penting lainnya diberikan di masyarakat melalui petugas kesehatan yang lebih terlatih,” katanya.

“Kami membuat margin kecil pada obat-obatan yang kami berikan dan itulah cara kami menjaga layanan kami berkelanjutan, tetapi kami juga memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat dan memungkinkan masyarakat dapat menghemat uang untuk biaya akses layanan kesehatan mereka, yang merupakan bagian penting dari misi kami untuk memungkinkan kesehatan untuk semua,” tambahnya.

Booty mengatakan bahwa meskipun ini adalah skenario ideal untuk semua komunitas yang mereka jangkau, ada beberapa tantangan yang mereka hadapi saat ini seperti regulasi dan hukum negara.

Namun, di atas semua itu adalah kurangnya kematangan digital secara keseluruhan dalam sistem kesehatan terutama di negara-negara berkembang.

“Kematangan digital dari sistem kesehatan akan menjadi salah satu hambatan terbesar kami, tetapi justru saya akan lebih mampu memecahnya dibanding faktor peraturan yang benar-benar menghambat di banyak negara. Misalnya, resep masih harus di atas kertas tidak didigitalkan, atau telehealth dan konsultasi virtual tidak diperbolehkan. Dokumen asuransi harus ditandatangani secara fisik. Banyak peraturan ini yang menghalangi kami, atau hanya akan menyebabkan inefisiensi dan biaya lebih di segmen di mana keterjangkauan adalah kuncinya” ujarnya.

“Kedua, pada kematangan digital pengguna, tidak semua memiliki smartphone dan seringkali tidak ada internet. Ini berarti ada kebutuhan akan pelatihan dan upaya dalam jumlah besar untuk benar-benar menanamkan sistem ini ke tempatnya. Bekerja offline hanya merepotkan, pengembangan software lebih mahal dan lebih sulit. Kemudian kita harus menyinkronkan telepon secara berkala yang menyebabkan segala macam masalah operasional, kurangnya infrastruktur pembayaran dan dengan demikian uang tunai juga menambah biaya dan risiko” tambahnya.

‘reach52 untuk bisnis’

Menurut Booty, reach52 merupakan perpaduan antara pembiayaan B2B dan B2C. Mereka memperoleh penghasilan dari biaya pengiriman yang kecil untuk obat-obatan dan paket asuransi yang mereka berikan.

Selain itu, kemitraan B2B sangat penting untuk pembiayaan berkelanjutan yang akan membantu mereka terus melayani pasar negara berkembang dan lebih banyak daerah pedesaan, non-perkotaan; serta memungkinkan mendapatkan akses ke produk yang lebih terjangkau. Kemitraan ini mencakup skrining, kampanye kesadaran kesehatan, pendidikan petugas kesehatan, dan layanan terkait lainnya yang memperkuat layanan kesehatan primer.

“Kami secara aktif bekerja dengan sektor swasta untuk melakukan riset pasar, membantu mereka memahami kesenjangan di pasar untuk produk mereka, menjalankan kampanye skrining, menjalankan pendidikan petugas kesehatan di area penyakit tertentu, meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan tertentu, tetapi juga benar-benar melihat untuk mendapatkan produk yang terjangkau dari mereka dan membuka pasar baru untuk bisnis sosial. Kemudian, kami secara aktif mempromosikan dan menjualnya, sekali lagi, dengan memperhatikan regulasi seputar pemasaran layanan kesehatan,” tuturnya.

“Kami benar-benar menjangkau seluruh spektrum mulai dari penelitian hingga strategi, menjalankan layanan di tingkat komunitas, melibatkan petugas kesehatan, dan kemudian memberikan akses ke produk dan layanan di akhir itu juga, mengelola pemesanan, pembayaran dan rantai pasokan. Itu sebenarnya yang kami lakukan dengan mitra bisnis kami, kami memberikan layanan end-to-end itu,” tambahnya.

Bekerja dengan kelompok yang berbeda di ruang privat dan publik, memungkinkan layanan sistem kesehatan yang berkelanjutan dan memungkinkan akses jarak jauh ke produk di pasar yang tidak terjangkau oleh orang lain, sehingga tidak ada pesaing langsung.

Namun, yang tidak terdiagnosis adalah ancaman terbesar. “Saya selalu mengatakan bahwa pesaing terbesar kami di bidang itu adalah orang-orang yang tidak melakukan apa-apa karena sekitar dua pertiga penyakit tidak terdiagnosis di Asia. Orang-orang tidak tahu bahwa mereka menderita diabetes, mereka tidak tahu bahwa mereka menderita hipertensi, karena mereka tidak pernah dapat mengetahuinya” ujarnya.

“Kami selalu bekerja dengan pasien ini untuk benar-benar memahami apa yang mereka miliki dan membantu mereka memahami mengapa itu penting. Mereka mungkin membeli obat dari kami, atau alternatif atau dari pesaing, tetapi alternatifnya adalah mereka tidak mengetahui bahwa mereka menderita hepatitis dan terkena kanker hati karena mereka tidak melakukan apa-apa, atau membiarkan anak mereka meninggal saat lahir karena komplikasi yang dapat kami kenali dengan pemindaian sederhana,” tambahnya.

Berusaha terhubung ke 250 juta orang pada 2030

Booty mengatakan bahwa reach52 sedang mengestimasi dengan target untuk dapat hadir di lebih banyak negara dalam dekade berikutnya.

Setelah peluncuran yang sukses di India selama setahun terakhir di tengah pandemi, cara baru mereka untuk terhubung dengan lebih banyak komunitas telah dibuka.

“Cara yang kami lakukan adalah bekerja sama dengan mitra di lapangan. Dengan LSM, yang telah kami coba di India mengingat pembatasan COVID yang diberlakukan pada kami, bekerja dengan sangat baik. Kami membayar LSM untuk membantu kami merekrut pasukan lapangan dan merekrut petugas kesehatan yang menggunakan teknologi kami dan memungkinkan akses ke layanan kesehatan dan daerah pedesaan,” katanya.

“Ini benar-benar efisien. LSM mendapatkan saluran pendapatan lain dan kami mendapatkan pertumbuhan yang lebih cepat, memanfaatkan jaringan kepercayaan semacam itu dan kemampuan untuk merekrut dan melatih orang di daerah. Pada akhirnya, ini adalah pertumbuhan yang lebih cepat bagi kami dan lebih terjangkau. Kami menghemat uang dengan melakukan hal seperti itu dibanding harus berkunjung ke semua komunitas,” tambahnya.

Hal tersebut saat ini telah hadir di tiga pasar, khususnya Filipina, Kamboja, dan India, reach52 akan berkembang tahun ini di luar Asia dan ke Afrika. Mereka baru saja merekrut anggota tim utama di Indonesia dan Kenya.

“Kami baik-baik saja di tiga pasar. Sekarang, kami meluncurkan di Indonesia dan kami juga meluncurkan di Kenya di akhir tahun dan mulai membangun kehadiran kami di Afrika,” katanya. “Memperluas hubungan B2B juga merupakan kunci, tetapi ini adalah cara yang lambat karena ini merupakan pemikiran ulang yang cukup mendasar dari model bisnis dan komersial yang mengakar untuk mitra kami, meskipun sentimen global, dalam pandangan saya, bergeser ke arah dampak, keberlanjutan, dan keuntungan dari adanya tujuan”.

“Kami ingin berada di lima pasar pada akhir tahun dan menghubungkan 250 juta orang ke layanan kesehatan pada tahun 2030,” simpulnya. “COVID-19 telah menyoroti betapa lemahnya sistem kesehatan yang penting, dan kami akan melakukan sesuatu untuk itu. Perhatikan hal ini”.

Pemindaian AI terkini meningkatkan diagnosa di Shin Kong Wu Ho-Su Memorial Hospital

Rumah sakit di Taiwan ini menggunakan teknologi endoskop yang dibantu AI untuk mendeteksi polip dan kamera resolusi tinggi untuk telemedis.

KFSHRC Saudi bertumpu pada inovasi untuk mentransformasi layanan kesehatan

Rumah sakit ini mempercepat adopsi teknologi baru untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin global di bidang kedokteran.

Angkor Hospital merencanakan pusat trauma untuk anak-anak

Fasilitas ini akan memiliki ICU, ruang gawat darurat, ruang operasi, dan bangsal bedah.

Bali International Hospital dan HK Asia Medical mendirikan pusat jantung baru

Fasilitas ini akan menawarkan diagnostik, operasi invasif minimal, dan perawatan pasca operasi.

Pasar pencitraan medis Indonesia diproyeksikan tumbuh 6,12% CAGR hingga 2030

Salah satu pendorong utama adalah peningkatan inisiatif yang dipimpin pemerintah.

Rumah Sakit Pusat Kamboja beralih ke adopsi teknologi untuk meningkatkan layanan jantung

Salah satu teknologi kunci mereka adalah mesin ECMO untuk mendukung hidup yang berkepanjangan dalam kondisi kritis.

Ekspor farmasi Indonesia diperkirakan tumbuh 7,7% CAGR hingga 2028

Berkat upaya pemerintah dan aturan investasi baru untuk meningkatkan produksi domestik.

Jepang dan Indonesia tandatangani MoU untuk pelatihan perawat dan pekerja perawatan

Kemitraan ini bertujuan membimbing tenaga kesehatan Indonesia agar memenuhi standar tenaga kerja profesional Jepang.

Pusat gigi nasional Singapura berada di garda terdepan layanan gigi digital

Teknologi pemindaian intraoralnya menggantikan metode pencetakan gigi tradisional.

Inovasi medis global dan solusi berbasis AI menjadi sorotan

Medical Taiwan 2024 menghadirkan 280 peserta dari 10 negara dan mendorong integrasi teknologi dalam layanan kesehatan.