Bisakah Undang-Undang Layanan Kesehatan Universal yang baru ditandatangani menyelamatkan rumah sakit kecil di Filipina yang sedang sekarat? | Healthcare Asia Magazine
, Philippines

Bisakah Undang-Undang Layanan Kesehatan Universal yang baru ditandatangani menyelamatkan rumah sakit kecil di Filipina yang sedang sekarat?

Hal ini mengakibatkan ketergantungan rumah sakit swasta pada rilis awal klaim  atau jumlah penolakan pembayaran.

Pada Februari 2019, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menandatangani Universal Health Care (UHC) Act menjadi undang-undang, yang memungkinkan semua orang Filipina terdaftar dalam National Health Insurance Program of the Philippine Health Insurance Corporation (PhilHealth). Hal ini memberikan warga, akses ke berbagai layanan kesehatan dari preventif ke promotif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif.

Secara hukum, UHC akan memastikan  tidak ada tagihan saldo untuk anggota kelompok non-contributory atau ward admissions dan menetapkan co-payment tetap untuk anggota kelompok contributory atau akomodasi kamar pribadi. Di antara reformasi yang akan dilaksanakan dari waktu ke waktu termasuk: memilih PhilHealth sebagai pembeli nasional untuk barang dan jasa kesehatan bagi individu, peningkatan fasilitas kesehatan terutama di daerah tertinggal, menanggapi kesenjangan tenaga kesehatan di seluruh negeri, keterlibatan strategis sektor swasta; serta menciptakan dan memperluas fungsi baru di Department of Health (DOH) untuk meningkatkan pemberian layanan kesehatan.

Healthcare Asia duduk bersama Executive Vice President di University of the Philippines dan eks Chief, Division of Trauma Surgery, Philippine General Hospital, Dr. Teodoro Herbosa, MD FPCS,  saat ia membahas tantangan dalam UHC Bill yang baru dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi operasional  rumah sakit swasta yang lebih kecil di Filipina.

HCA: Bagaimana UHC Bill mempengaruhi operasional rumah sakit swasta di Filipina, terutama pemain swasta yang lebih kecil?

UHC Bill memperkuat asuransi kesehatan pembayar tunggal oleh pemerintah melalui PhilHealth. Hal ini akan berdampak pada rumah sakit swasta bergantung pada rilis awal klaim penggantian atau jumlah penolakan pembayaran. Kita harus menunggu implementing rules and regulations atau IRR untuk memahami sepenuhnya setiap perubahan dalam cakupan penyakit dan skema pembayaran.

Sebuah Payment System telah diterapkan yang mana menguntungkan rumah sakit umum karena menambah pendapatan bagi rumah sakit umum bervolume tinggi tetapi merugikan rumah sakit swasta. Selain itu, PhilHealth telah meneruskan pembayaran dokter ke administrasi rumah sakit. Hal ini menyebabkan gesekan antara admin rumah sakit dan dokter ketika sistem pembayaran tidak efisien. Dokter perlu mempekerjakan orang untuk menindaklanjuti pembayaran tersebut dalam mencegah kerugian atau klaim yang belum dibayar.

HCA: Apa tantangan yang Anda lihat dalam peluncuran dan implementasi?

Tantangan terbesar antara lain kesenjangan infrastruktur dalam sistem kesehatan yang membutuhkan peningkatan kapasitas atau jumlah rumah sakit umum. Bersamaan dengan ini adalah kesenjangan sumber daya kesehatan manusia dan perpindahan profesional kesehatan secara bersamaan ke negara lain dengan pekerjaan bergaji lebih tinggi di sektor kesehatan.

Saya percaya solusi ini akan membutuhkan waktu, uang, dan lebih banyak pekerjaan untuk direalisasikan. Ancaman terbesar yang terlihat adalah pertanyaan apakah akses ke kesehatan dan layanan akan memadai karena basis populasi yang akan ditanggung oleh UHC telah ditingkatkan.

HCA: Selama Healthcare Asia Forum - Manila leg pada 2018, Anda memperkirakan gugurnya rumah sakit ‘mom and pop’ atau rumah sakit kecil milik keluarga - apakah UHC Bill dapat memberikan solusi untuk dilema ini?

Ancaman ini terus berlanjut. Ancaman ini adalah cash liquidity dari operasional rumah sakit kecil. Mereka harus bermitra dengan bank untuk pinjaman, untuk cash flow dan pembayaran mereka, sambil menunggu. Penundaan penggantian menjadi lebih banyak dengan UHC.

Beberapa solusi yang dilakukan rumah sakit kecil yakni menjual ke konsolidator atau kapitalis yang membeli rumah sakit melalui investasi keuangan untuk memungkinkan mereka beroperasi dan likuid.

Pemindaian AI terkini meningkatkan diagnosa di Shin Kong Wu Ho-Su Memorial Hospital

Rumah sakit di Taiwan ini menggunakan teknologi endoskop yang dibantu AI untuk mendeteksi polip dan kamera resolusi tinggi untuk telemedis.

KFSHRC Saudi bertumpu pada inovasi untuk mentransformasi layanan kesehatan

Rumah sakit ini mempercepat adopsi teknologi baru untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin global di bidang kedokteran.

Angkor Hospital merencanakan pusat trauma untuk anak-anak

Fasilitas ini akan memiliki ICU, ruang gawat darurat, ruang operasi, dan bangsal bedah.

Bali International Hospital dan HK Asia Medical mendirikan pusat jantung baru

Fasilitas ini akan menawarkan diagnostik, operasi invasif minimal, dan perawatan pasca operasi.

Pasar pencitraan medis Indonesia diproyeksikan tumbuh 6,12% CAGR hingga 2030

Salah satu pendorong utama adalah peningkatan inisiatif yang dipimpin pemerintah.

Rumah Sakit Pusat Kamboja beralih ke adopsi teknologi untuk meningkatkan layanan jantung

Salah satu teknologi kunci mereka adalah mesin ECMO untuk mendukung hidup yang berkepanjangan dalam kondisi kritis.

Ekspor farmasi Indonesia diperkirakan tumbuh 7,7% CAGR hingga 2028

Berkat upaya pemerintah dan aturan investasi baru untuk meningkatkan produksi domestik.

Jepang dan Indonesia tandatangani MoU untuk pelatihan perawat dan pekerja perawatan

Kemitraan ini bertujuan membimbing tenaga kesehatan Indonesia agar memenuhi standar tenaga kerja profesional Jepang.

Pusat gigi nasional Singapura berada di garda terdepan layanan gigi digital

Teknologi pemindaian intraoralnya menggantikan metode pencetakan gigi tradisional.

Inovasi medis global dan solusi berbasis AI menjadi sorotan

Medical Taiwan 2024 menghadirkan 280 peserta dari 10 negara dan mendorong integrasi teknologi dalam layanan kesehatan.