Rumah Sakit Kanker Dharmais memimpin inovasi pelayanan kanker di Indonesia | Healthcare Asia Magazine
, Indonesia
1550 views
dr. Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, the CEO of Dharmais Cancer Hospital

Rumah Sakit Kanker Dharmais memimpin inovasi pelayanan kanker di Indonesia

Direktur Utama RS Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo mengungkapkan teknologi canggih dan tujuh program unggulan untuk perawatan kanker.

Indonesia sedang mengambil langkah-langkah signifikan dalam memodernisasi pendekatan terhadap perawatan kanker.

Dalam wawancara eksklusif Healthcare Asia dengan dr. Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, dia memberikan pandangan atas inisiatif inovatif dan program-program transformatif pusat medis ini yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan kanker di Indonesia.

Sebagai awalan, Soeko menekankan bahwa kanker merupakan penyakit terbesar ketiga yang menghabiskan anggaran kesehatan di Indonesia. Dia kemudian menyoroti pentingnya upaya untuk meningkatkan deteksi dini, diagnosis, dan pengobatan kanker, dengan tujuan akhir meningkatkan hasil bagi pasien dan mengurangi beban penyakit tersebut.

“Sehingga kalau kita tidak membuat transformasi untuk pelayanan kanker maka beban negara akan semakin besar,” kata Soeko.

Direktur Utama RS Kanker Dharmais itu menyebutkan ada lima penyakit kanker yang paling banyak dijumpai di Indonesia, yaitu kanker payudara, kanker mulut rahim (serviks), kanker paru, kanker kolorektal, dan leukimia pada anak. Kelima penyakit kanker tersebut menjadi prioritas penanganan oleh pemerintah.

Dalam hal ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memberikan mandat kepada RS Kanker Dharmais menjadi National Cancer Center. RS Kanker Dharmais bertugas untuk memastikan layanan rumah sakit di seluruh Indonesia, baik itu rumah sakit pemerintah seperti rumah sakit umum daerah di kabupaten/kota, provinsi untuk bisa memberikan layanan kanker terbaik berdasarkan standar di mana RS Kanker Dharmais menjadi koordinator atau pengampu layanan tersebut.

Ini sejalan dengan enam pilar yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan dalam transformasi layanan kesehatannya yaitu yang pertama, memperkuat pelayanan primer termasuk di puskesmas, yang kedua, memperkuat layanan rujukan atau rumah sakit, yang ketiga, meningkatkan kekuatan dalam memproduksi obat, yang keempat, meningkatkan kemampuan untuk ekonomi atau jaminan kesehatan, yang kelima memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM), dan keenam memperkuat globalisasi technology.

Sebagai rumah sakit yang berada di bawah Kementerian Kesehatan, RS Kanker Dharmais mendukung enam pilar transformasi kesehatan pemerintah melalui tujuh program yang dimilikinya yaitu: promotif preventif, deteksi dini, diagnosis  dan tata laksana, cancer registry, penelitian dan pendidikan,  rehabilitasi, dan paliatif.

Kemajuan perawatan kanker

Deteksi dini, kata Soeko sangat penting untuk mencegah supaya penyakit kanker itu tidak menjadi lebih parah. Deteksi dini dilakukan RS Kanker Dharmais dengan melakukan screening massal pada orang yang sehat.

Kemudian, RS Dharmais juga mendukung tenaga kesehatan di puskesmas atau di pelayanan primer untuk  dapat melakukan USG pada benjolan di payudara untuk mendeteksi dini kanker payudara.

“Apabila terdapat hasil yang kurang baik pada pemeriksaan USG, maka hasil tersebut dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan mamografi yang ada di rumah sakit. Deteksi dini ini sifatnya diagnosis yang belum pasti, begitu sudah pasti pasien itu terkena kanker baru yang dilakukan adalah diagnosis menggunakan alat-alat canggih seperti yang ada di RS Kanker Dharmais ini,” kata Soeko. 

Soeko membagikan pentingnya pemanfaatan teknologi canggih dan inovasi Indonesia dalam mengatasi tantangan dalam perawatan kanker. 

Teknologi yang digunakan di rumah sakit tersebut untuk diagnosis,melalui tiga cara, yaitu: radiologi dengan menggunakan x-ray hingga energi nuklir (nuclear pet scan) yang sejauh ini pencitraan dengan energi nuklir tersebut baru tersedia di empat layanan kesehatan di Indonesia dengan RS Kanker Dharmais sebagai pioneernya.

Kemudian, ada juga penegakkan diagnosis dengan mengambil jaringan tubuh untuk kemudian dilakukan biopsi dan setelahnya menggunakan patology anatomic,dan dilanjutkan dengan pemeriksaan imunohistokimia untuk penegakkan diagnosis pasti pada pasien kanker dalam memberikan pengobatan yang tepat untuk pengobatan kanker.

“Ke depan yang akan kami lakukan adalah mendukung RSUD bisa melakukan hal yang sama yang dilakukan di RS Kanker Dharmais yaitu menggunakan telepatologi, sampel yang sudah dibuat akan dikirim secara digital ke rumah sakit yang sudah ada dokter spesialis patologi anatominya sehingga dokter tersebut bisa memeriksanya menggunakan digital scan, tidak melalui mikroskop lagi,” kata Soeko.

Setelah diagnosis maka dilakukan terapi. Setidaknya ada tiga terapi yang dilakukan di RS Kanker Dharmais yaitu pembedahan, kemoterapi, dan terapi sinar. Rumah Sakit tersebut sudah mampu melakukan pembedahan hingga microsurgery.

“Kami juga sedang merencanakan untuk mendatangkan alat canggih yaitu proton beam therapy yaitu alat terapi sinar presisi yang bisa mengobati kanker-kanker kecil di tempat sensitif seperti di otak. Alat tersebut dapat melakukan tes secara presisi dengan side effect yang minimal. Tahun depan kami harapkan (alat) tersebut dapat di proses,” kata Soeko.

Awareness yang kurang

Di tengah kemajuan perawatan kanker yang sedang dijalankan oleh RS Kanker Dharmais, namun menurut Soeko masih ada tantangan deteksi dini dan screening yang belum optimal sehingga pasien yang datang berobat ke rumah sakit tak jarang adalah pasien yang mengidap kanker stadium tinggi.

Penyebabnya, menurut Direktur Utama Rumah Sakit Spesialis Kanker itu adalah adanya tantangan di pendidikan, dan terutama kepercayaan yang masih mengakar di masyarakat yaitu takut menerima kenyataan bahwa dirinya adalah salah satu pengidap kanker. 

“Sehingga harus didorong melalui program-program dari pemerintah seperti Sadari untuk periksa sendiri  benjolan di payudara, dan juga ada program mendeteksi dini virus HPV dalam mengatasi kanker serviks.  Pelayanan kesehatan primer juga harus diperkuat baik itu teknologi maupun SDM-nya untuk mencegah supaya pasien tidak menumpuk di tingkat layanan rujukan atau rumah sakit,” kata Soeko.

Selain itu penyebab kanker yang masih terus dalam penelitian, apakah itu berasal dari gaya hidup yang buruk atau faktor keturunan, membuat RS Kanker Dharmais terus meningkatkan pengumpulan data melalui program cancer registry. 

Program ini mengumpulkan data pasien kanker bekerja sama dengan BPJS, Dukcapil dan dimonitor setiap tiga hingga lima tahun sekali, serta melalui penelitian dengan membentuk tim kerja yang terdiri dari berbagai dokter spesialis dalam memberikan tindakan kepada pasien kanker. 

Rumah sakit tersebut juga menjadi salah satu rumah sakit yang tergabung dalam program Kementerian Kesehatan untuk Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) yaitu inisiatif pengujian biogenomik, yang menganalisis sampel DNA untuk mengidentifikasi penanda genetik yang terkait dengan kanker. 

Alhasil, penyedia layanan kesehatan lebih siap untuk menyesuaikan rencana pengobatan untuk setiap pasien, yang mengarah pada terapi yang lebih tertarget dan efektif.

RS Kanker Dharmais juga menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang mengawali program Kementerian Kesehatan untuk Extensive Community Health Outcome (ECHO) yaitu program pengembangan sumber daya tenaga kesehatan dengan menggunakan platform telemonitoring dan pembelajaran jarak jauh/online berbasis web untuk mempelajari kasus dan praktik dengan universitas di luar negeri. 

Program ECHO ini juga diterapkan RS Kanker Dharmais dengan berbagai rumah sakit daerah di Indonesia sebagai tugas rumah sakit itu menjadi pengampu rumah sakit daerah. 

“Yang pasti RS Kanker Dharmais memiliki banyak sekali prasarana alat, SDM yang berkualitas dan yang terpenting kita memiliki transformasi itu dengan tujuh program yang kami inisiasi,” katanya.

Ke depan Soeko berharap deteksi dini kanker bisa semakin gencar dan menjadi kebiasaan serta menjadi program yang dianggarkan oleh pemerintah daerah. Dia menyebutkan ada sekitar 1.500 kasus deteksi dini yang telah dilakukan RS Kanker Dharmais dalam satu tahun.

Bagi Indonesia, tujuannya adalah untuk meningkatkan lanskap perawatan kanker dengan fokus pada inisiatif deteksi dini, memperluas akses ke pengobatan canggih, dan memperkuat tenaga kerja kesehatan.

Dengan memanfaatkan kekuatan teknologi, mendorong kolaborasi, dan berinvestasi dalam pendidikan, Rumah Sakit Kanker Dharmais membantu Indonesia membuat langkah-langkah signifikan dalam mengatasi kanker dan meningkatkan kualitas hidup bagi pasien di seluruh nusantara.

Pemindaian AI terkini meningkatkan diagnosa di Shin Kong Wu Ho-Su Memorial Hospital

Rumah sakit di Taiwan ini menggunakan teknologi endoskop yang dibantu AI untuk mendeteksi polip dan kamera resolusi tinggi untuk telemedis.

KFSHRC Saudi bertumpu pada inovasi untuk mentransformasi layanan kesehatan

Rumah sakit ini mempercepat adopsi teknologi baru untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin global di bidang kedokteran.

Angkor Hospital merencanakan pusat trauma untuk anak-anak

Fasilitas ini akan memiliki ICU, ruang gawat darurat, ruang operasi, dan bangsal bedah.

Bali International Hospital dan HK Asia Medical mendirikan pusat jantung baru

Fasilitas ini akan menawarkan diagnostik, operasi invasif minimal, dan perawatan pasca operasi.

Pasar pencitraan medis Indonesia diproyeksikan tumbuh 6,12% CAGR hingga 2030

Salah satu pendorong utama adalah peningkatan inisiatif yang dipimpin pemerintah.

Rumah Sakit Pusat Kamboja beralih ke adopsi teknologi untuk meningkatkan layanan jantung

Salah satu teknologi kunci mereka adalah mesin ECMO untuk mendukung hidup yang berkepanjangan dalam kondisi kritis.

Ekspor farmasi Indonesia diperkirakan tumbuh 7,7% CAGR hingga 2028

Berkat upaya pemerintah dan aturan investasi baru untuk meningkatkan produksi domestik.

Jepang dan Indonesia tandatangani MoU untuk pelatihan perawat dan pekerja perawatan

Kemitraan ini bertujuan membimbing tenaga kesehatan Indonesia agar memenuhi standar tenaga kerja profesional Jepang.

Pusat gigi nasional Singapura berada di garda terdepan layanan gigi digital

Teknologi pemindaian intraoralnya menggantikan metode pencetakan gigi tradisional.

Inovasi medis global dan solusi berbasis AI menjadi sorotan

Medical Taiwan 2024 menghadirkan 280 peserta dari 10 negara dan mendorong integrasi teknologi dalam layanan kesehatan.