Ekspor farmasi Indonesia diperkirakan tumbuh 7,7% CAGR hingga 2028
Berkat upaya pemerintah dan aturan investasi baru untuk meningkatkan produksi domestik.
Ekspor farmasi Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) selama lima tahun sebesar 7,7% untuk mencapai sekitar $868 juta (IDR 14,1 triliun) pada tahun 2028, menurut BMI.
Pertumbuhan sektor ini didorong oleh upaya untuk meningkatkan produksi domestik, seperti aturan investasi baru dan inisiatif pemerintah.
Pada 2021, pemerintah mengambil langkah untuk meningkatkan kapasitas produksi lokal dan menarik investasi asing ke pasar.
Sejalan dengan ini, sebuah peraturan yang disahkan pada tahun yang sama memungkinkan investor asing untuk memiliki hingga 100% dari bisnis farmasi, meningkat dari batas sebelumnya sebesar 85%.
“Saat ini Indonesia memiliki kapasitas terbatas dalam pembuatan bahan baku farmasi, perusahaan yang ingin berinvestasi di Indonesia dapat berharap untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah serta kolaborasi dengan pemain lokal,” kata laporan tersebut.
Sementara itu, ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor terus menjadi tantangan bagi sektor ini.
Saat ini, sekitar 90% bahan baku farmasi aktif (API) dan eksipien yang digunakan dalam pembuatan obat lokal berasal dari luar negeri, terutama dari Cina Daratan dan India.
Ketergantungan ini mengekspos industri terhadap berbagai risiko, seperti gangguan rantai pasokan, fluktuasi harga, dan ketegangan geopolitik.
IDR1 = $0.000064