Apa yang masih kurang dalam upaya pencegahan virus hepatitis di kalangan ibu hamil di Asia Pasifik? | Healthcare Asia Magazine
, APAC
131 views
Prof Saeed Hamid

Apa yang masih kurang dalam upaya pencegahan virus hepatitis di kalangan ibu hamil di Asia Pasifik?

Masih ditemui kekurangan dalam hal skrining dan obat eliminasi penyakit di antara wanita hamil.

 

Ketika World Health Organisation (WHO) meluncurkan roadmap untuk menghilangkan virus hepatitis di wilayah Asia Pasifik (APAC), sebuah organisasi non-pemerintah, Coalition to Eradicate Viral Hepatitis (CEVHAP), turun tangan merumuskan kebijakan yang akan membantu pencapaian target WHO itu.

Tujuan WHO adalah untuk mengurangi prevalensi hepatitis B, infeksi hati yang berasal dari virus hepatitis B (HBV), di kawasan APAC. Berdasarkan kerangka regional 2018 untuk menghilangkan virus hepatitis dari 2018 hingga 2030, APAC memiliki beban hepatitis B yang signifikan, dengan 115 juta orang di wilayah Pasifik Barat berisiko hidup dengan hepatitis B kronis sementara di wilayah Asia Tenggara 39 juta orang.

Meskipun sudah ada hasil dalam pemberantasan hepatitis, seperti meluasnya program vaksinasi di wilayah tersebut, salah satu ketua CEVHAP Saeed Hamid mengatakan masih banyak yang harus dilakukan, khususnya untuk merawat wanita hamil, yang dapat menularkan penyakit tersebut kepada anak-anak mereka.

“Vaksin hepatitis B dalam birth dose , yang merupakan salah satu intervensi paling efektif, 67% mendapatkan birth dose dan 33% tidak. Untuk vaksin tiga dosis, kami melakukannya dengan cukup baik, dimana telah mencapai 91%. Tapi untuk ibu hamil baru 8%,” kata Hamid kepada Healthcare Asia.

Skrining saja tidak cukup

Kurangnya skrining atau pengujian Hepatitis B di antara ibu hamil di Asia Pasifik, mempengaruhi target WHO untuk mencegah virus hepatitis, kata Hamid.

Menurut jurnal AS peer-review, American Family Physician, skrining utama untuk mengetahui infeksi virus hepatitis B adalah tes serologis atau tes darah untuk HBsAg, yang dapat dilakukan pada kunjungan prenatal pertama.

“Jika tidak melakukan tes, maka tidak akan diketahui siapa yang positif dan juga tidak dapat diketahui apakah pengobatan akan membantu  atau tidak,” kata Hamid.

Selain itu, ibu hamil juga ragu untuk minum obat hepatitis B, kata Hamid.

“Meskipun [obat] telah terbukti benar-benar aman dan tanpa efek samping. Saya pikir perlu usaha tambahan dalam hal ini. Ini adalah intervensi efektif yang pasti akan menghentikan penularan ke bayi baru lahir,” katanya.

CEVHAP mengatakan dalam laporan sebelumnya bahwa hepatitis B dapat dikurangi secara efektif dengan pengobatan antivirus seperti analog nukleosida, termasuk entecavir dan tenofovir.

Jenis obat ini aman untuk mengendalikan replikasi virus dan mengurangi infeksi hati.

Pengobatan Hepatitis C yang tidak merata

Para pemimpin kesehatan dunia juga berusaha menghilangkan Hepatitis C, peradangan hati yang dipicu oleh virus hepatitis C (HCV).

CEVHAP mengatakan praktik injeksi dan pengaturan perawatan kesehatan yang tidak aman adalah penularan utama virus tersebut. Tidak ada vaksin yang tersedia untuk itu tetapi dapat disembuhkan melalui antivirus yang bekerja langsung.

Namun di Asia Pasifik, Hamid mengatakan kesenjangan terapi untuk mengurangi HCV disebabkan oleh masalah harga.

“Asia Pasifik adalah campuran dari negara berpenghasilan tinggi, berpenghasilan menengah, dan berpenghasilan menengah ke bawah. Ketidakmerataan itu menyebabkan disparitas akses terapi karena berbagai alasan, negosiasi harga, dan ketersediaan,” katanya.

Dia mencatat bahwa beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah di Asia Pasifik menawarkan obat murah dan generik untuk membantu mengobati orang yang terinfeksi HCV.

“[Negara berpenghasilan rendah dan menengah] telah memungkinkan kami untuk merawat sejumlah besar orang. Negara-negara seperti Pakistan, India, dan Bangladesh. fokus mengumumkan program eliminasi besar-besaran untuk mengobati jutaan orang,” kata Hamid.

Untuk beberapa negara seperti Malaysia, Hamid mengatakan negosiasi harga obat HCV berjalan lambat.

“Sulit untuk mendapatkan akses [ke pengobatan]. Misalnya Malaysia yang harganya mahal, mereka tidak memiliki akses mudah ke obat generik, dan negosiasi harga dengan perusahaan standar dengan produk originator sangat lamban,” kata Hamid.

Saat ini, wilayah Asia telah mengalami sebagian besar beban penyakit global yang disebabkan oleh hepatitis B dan hepatitis C kronis, dengan 63% infeksi terkait virus hepatitis di seluruh dunia terjadi di APAC.

VinMec mendirikan klinik termutakhir untuk melayani pertumbuhan populasi Phu Quoc

Klinik ini menawarkan pengiriman yang efisien melalui aplikasi telehealth terintegrasi dan berbagai prosedur darurat.

Startup ini membantu rumah sakit merawat pasien stroke dengan cepat

Perangkat Hopebotics mentransfer terapi pasien stroke di rumah sementara rumah sakit memantau perkembangan dari jarak jauh.

Intel, layanan kesehatan berbasis AI untuk meningkatkan prioritas pengobatan di Malaysia

The Malaysia Healthcare Travel Council  bekerja sama dengan pelaku industri untuk melihat praktik terbaik untuk AI.

Dari batu bata menjadi klik: Langkah-langkah perpindahan Asia Pasifik ke rumah sakit virtual

Berinvestasi dalam model perawatan virtual akan lebih terjangkau daripada membangun infrastruktur rumah sakit baru.

Kios digital merevolusi pengalaman pasien di rumah sakit Indonesia ini

Kios self check-in Rumah Sakit Premier Jatinegara memangkas setengah jam tunggu pasien, meningkatkan kenyamanan, efisiensi, dan keamanan, sekaligus menawarkan lebih banyak layanan.

Vendor View: Ingin mengadopsi AI dalam sistem perawatan kesehatan? Bangun kerangka data terlebih dahulu

Ahli menawarkan kunci membangun kerangka kerja data yang kuat untuk data layanan kesehatan dan keterlibatan pemangku kepentingan di Asia Pasifik.

Rumah sakit masa depan Taiwan menetapkan tujuan 'cerdas'

Shih-An Chen berbagi penelitian, inovasi, dan pendidikan Rumah Sakit Umum Veteran Taichung di Medical Fair Taiwan 2023.

Pusat Kardiovaskular Nasional, Rumah Sakit Harapan Kita raih juara di Healthcare Asia Awards 2023

Layanan itu telah membantu rumah sakit lain untuk melakukan operasi jantung terbuka pertamanya pada 2022.

Tiga keunggulan klinis Pusat Jantung Anak Mandaya Royal Hospital akan memperluas akses penanganan jantung di Indonesia

Pusat Jantung ini diproyeksikan dapat berkontribusi signifikan terhadap penanganan penyakit jantung kongestif pada anak yang setiap tahunnya mencapai 12.